Imbas Cuaca Ekstrem terhadap Lingkungan dan Kehidupan Masyarakat Kabupaten Bogor

        Oleh: CR-27

        Cuaca adalah keadaan udara di atmosfer pada waktu dan tempat tertentu yang sifatnya tidak menentu dan berubah-ubah. Cuaca ekstrem adalah kejadian fenomena alam yang tidak normal dan tidak lazim. Cuaca ekstrem ditandai oleh peningkatan intensitas hujan yang tinggi, frekuensi hujan deras yang terus meningkat, dan kemarau panjang yang memengaruhi arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, dan jarak pandang yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Cuaca ekstrem dapat memicu terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, pohon tumbang, dan lain-lain. Hal tersebut tentunya dapat membuat keresahan dan mengganggu masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Cuaca ekstrem berkepanjangan juga dapat berdampak menurunnya ekonomi akibat rusaknya struktur pengatur air, rusaknya lahan pertanian atau infrastruktur.

        Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kejadian fenomena cuaca ekstrem menjadi sangat sering sejak 30 tahun terakhir. Kejadian cuaca ekstrem tersebut terjadi di beberapa provinsi besar di Indonesia di antarnya adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua. Namun, tanpa disadari penyebab terjadinya cuaca ekstrem saat ini juga diakibatkan oleh faktor perubahan iklim. Dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat akibat cuaca ekstrem sangatlah banyak. Namun, apakah ada pula dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat akibat cuaca ekstrem?

        Saat ini telah memasuki bulan November, menandakan pula bahwa saat ini Indonesia telah memasuki musim hujan. Sebagai Kota yang dijuluki "Kota Hujan", Bogor mulai menunjukkan jati dirinya. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang ada di daerah Jawa Barat. Menurut data dari Dinas Komunikasi dan informasi (Diskominfo Kabupaten Bogor), Secara klimatalogi, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian Selatan dan iklim tropis basah di bagian Utara, dengan rata -rata curah tahunan 2.500 – 5.00 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20o - 30oC, dengan suhu rata-rata tahunan sebesar 25o. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata -rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar 146,2 mm/bulan. Hujan di Kabupaten Bogor biasanya akan turun ketika sore hari dan reda ketika menjelang malam hari. Hujan yang turun bukan semata-mata hujan biasa, tetapi disertai dengan angin kencang, kilat petir, dan guntur.

        Berdasarkan informasi yang telah dipaparkan, Pada tanggal 17-18 November bertepatan kegiatan Diklatsar Lapang 1V kami melakukan sebuah jalan jauh atau longmarch dengan rute Kampus Dramaga IPB hingga tujuan akhir Masjid Baitul Mukminin Desa Tapos 1 Jalan Hegarmana, Gn. Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selama jalan jauh, kami melakukan sebuah wawancara dengan dua puluh responden untuk mendapatkan informasi terkait imbas dari cuaca ekstrem yang telah terjadi saat ini serta mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terkait fenomena tersebut. Para responden terdiri dari masyarakat desa di beberapa kecamatan yang tersebar di Kabupaten Bogor.

Gambar 1 Diagram lingkaran Persentase Status /pekerjaan masyarakat

        Didapatkan sebanyak 45% narasumber bekerja sebagai pedagang, 5% sebagai serabutan, 5% sebagai pegawai pemerintahan (Kemenag), 5% sebagai petani, 5% sebagai sopir truk, 15% sebagai pelajar, dan yang terakhir sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20%. Wawancara kami lakukan dengan menambahkan informasi nama, pekerjaan , dan alamat wawancara dilakukan dan mengajukan lima pertanyaan kepada narasumber terkait tentang perubahan cuaca.

Pertanyaan tersebut antara lain:

1. Apa yang dirasakan narasumber dengan cuaca ekstrem akhir-akhir ini?

2. Apa permasalahan yang dirasakan oleh narasumber terkait perubahan cuaca ekstrem?

3. Dampak yang dapat dirasakan terutama pada bidang pekerjaan?

4. Tindakan yang dapat dilakukan oleh narasumber terkait perubahan cuaca ekstrem?

5. Kesadaran narasumber terhadap lingkungan yang dikaitkan dengan perubahan

ekstrem?

        Berdasarkan pertanyaan dan hasil wawancara yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dari pertanyaan nomor satu sebanyak 70% masyarakat merasa sudah biasa dengan cuaca ekstrem karena tidak terlepas dari Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan intensitas curah hujan yang cukup di Indonesia dan masyarakat lainnya sebesar 30% merasa masih merasa resah dan takut. Pertanyaan nomor dua dan tiga mendapatkan hasil yang berbeda dari setiap narasumber. Jawaban yang didapat berdasarkan latar belakang masing-masing narasumber. Bagi para pedagang (pedagang buah, sayuran, warung sembako, tukang foto kopi, dan lain-lain) ketika cuaca ekstrem terjadi permasalahan yang timbul, yaitu menyulitkan pembeli untuk berkunjung, mengakibatkan penjualan penjadi sepi dan berdampak pada pendapatan harian. Bagi para pelajar permasalahan yang didapat, yaitu sulitnya beraktivitas di luar rumah. Karena hujan terjadi biasanya pada sore hari, maka mereka terkendala pulang saat jam pulang sekolah. Ada yang rela menunggu hujan ada juga yang rela menerobos hujan. Dampak yang timbul bagi para pelajar, yaitu sistem kekebalan tubuh ganggu, dapat mengakibatkan mudah terserang penyakit. Permasalahan yang timbul pada ibu rumah tangga ialah sulitnya beraktivitas pula. Karena aktivitas seperti, mengantar ataupun menjemput anak sekolah, berbelanja kebutuhan makanan, dan lainnya menjadi terganggu. Mereka juga menjadi khawatir terhadap kesehatan dari anak-anak mereka. Tidak hanya itu, ada beberapa dari rumah tetangga mereka yang atapnya terbawa angin dan menimbulkan kerugian. Dampak yang timbul dari permasalahan yang dirasakan ibu rumah tangga adalah harus ekstra dalam mengurus dan mengawasi aktivitas buah hati dan keluarganya. Sulit memilih dan memilah bahan makanan, karena kualitas yang menurun. Bagi seorang petani ladang, ketika adanya cuaca ekstrem maka mereka tidak bekerja. Sedangkan upah yang mereka dapat dibayar per-harinya ketika mereka bekerja. Dampak yang dirasa adalah kehilangan pemasukan harian dan pekerjaan. Maka dari itu harus mencari pekerjaan lain. Tak berbeda jauh seperti petani ladang, hal yang sama juga dirasakan oleh sopir truk. Ketika hujan maka tidak ada pengiriman ataupun mengantar muatan. Dampak yang timbul ialah tidak mendapatkan upah harian.

        Pertanyaan nomor lima mendapatkan hasil bahwa para responden menyadari untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak terserang penyakit saat cuaca ekstrem dan mampu melakukan aktivitas seperti biasanya. Bagi para pelajar dan ibu rumah tangga juga sudah memiliki kesadaran untuk menyediakan payung ataupun jas hujan, sebagai persiapan aktivitas yang harus dilakukan di luar rumah saat cuaca ekstrem. Dari pemaparan hasil wawancara, menunjukkan masyarakat beberapa desa di kabupaten Bogor sudah terbiasa merasakan dan melakukan aktivitas di tengah cuaca ekstrem. Permasalahan utama yang terjadi, yaitu sulitnya beraktivitas di luar ruangan dan kesehatan yang terganggu. Dampak yang timbul, yaitu omset yang menurun, terserang penyakit, kerugian materi, dan lainnya. Tindakan yang biasa dilakukan adalah menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi, minum vitamin, dan minum air mineral. Berdasarkan hasil jawaban responden, menunjukkan masyarakat juga sudah cukup dalam kesadaran lingkungan sekitar yang dikaitkan dengan fenomena cuaca ekstrem. Hal ini ditandai dengan rata-rata jawaban responden peduli akan dampak cuaca ekstrem serta dengan menjaga lingkungan agar tidak rusak.

Komentar

Popular Posts

PENGHIJAUAN DAN KEMAH CINTA LINGKUNGAN

Rimpala Tree Climbing Workshop-2022

Selamat Datang Rimpala R-XXVII