Pembinaan Pendakian Gunung Salak, 2.211 mdpl
Gunung
Lembah Berduri tak ragu kita lalui..
Ini yang menguatkan kita sampai saat ini.
Pada 28 Maret 2013 silam, kami ber-10 (Sopyan,
Dewi, Fajar, Yoga, Anggi, Mentari, Suffi, Hani, Reza, dan Yunen) melakukan
pendakian ke Puncak Salak I melewati Jalur Cidahu. Kami berangkat dari Bivak
Rimpala Fahutan IPB pukul 18.30 menyewa angkutan umum. Kami tiba di Pos
Pendakian Cidahu pukul 23.22 untuk segera melakukan pengurusan SIMAKSI (Surat
Izin Masuk Kawasan Konservasi).
Pengurusan Simaksi di Balai Cidahu |
Tepat pukul 23.50 kami
melanjutkan perjalanan menuju pos Bajuri
dengan melewati pintu gerbang pendakian Gunung Salak. Track menuju pos Bajuri
sampai pintu gerbang pendakian berupa jalan aspal, dilanjutkan dengan trek
jalan berbatu yang di tata rapi hingga sampai Pos Bajuri, kami tiba di pos tersebut
pada pukul 01.39 pada Jum’at 29 Maret 2013.
Tenda langsung kami dirikan sesampainya di Pos Bajuri dan
pembagian tugas pun segera terlihat, ada yang membuat minuman hangat, memasak
nasi untuk sarapan pagi, dan ada yang merapikan barang bawaan. Rasa kantuk dan
lelah yang berat, serta hasrat untuk segera berada di Puncak Salak membuat kami
semua langsung tidur pada pukul 02.00 dini hari kali itu.
Tak terasa tidur terasa
sangat singkat, dinginnya angin gunung pun seolah membuat kita malas untuk
membuka mata dan keluar dari tenda. Namun, dengan keyakinan hati kita
memaksakan diri untuk bangun dan mulai mempersiapkan perlengkapan untuk
mendaki, Tak lupa sebelum melanjutkan perjalanan menuju Puncak Salak, kami pun
sarapan terlebih dahulu untuk mengisi perut yang kosong. Suasana asri dan
tenang terasa saat kami berkumpul di hamparan hijau hutan Gunung Salak.
Medan Gunung Salak |
Pukul 07.30, sebelum
pendakian kami berfoto ria terlebih dahulu sebagai dokumentasi kegiatan. Demi
melancarkan segala urusan, kami pun selalu memanjatkan diri kepada Yang Maha
Kuasa. Saat doa telah kami panjatkan, kami pun melangkahkan kaki langkah demi
langkah menyusuri patok kayu berwarna hijau menuju titik puncak Gunung Salak 1.
Trek yang dihadapi menuju
KM 1 tidak terlalu terjal. Banyak genangan lumpur yang kami lewati, sehingga
kita harus memilah-milah tempat berpijak dan tak jarang juga diantara kami yang
terjerembap masuk ke dalam lumpur.
Pukul 07.56 kami sampai di
km 1 untuk istirahat sejenak selama empat menit untuk minum. Sengaja kami hanya
mengambil waktu singkat untuk beristirahat karena kami berpedoman bahwa
istirahat singkat namun berkualitas. Pendakian kembali dilanjutkan menyusuri
trek yang agak mirip dengan trek sebelumnya. Di perjalanan, kami menemukan
hewan Lutung, namun ia segera pergi saat mengetahui adanya keberadaan manusia.
Antrii dulu yaa |
Pada pukul 08.47 kami
sampai di km 2, beristirahat selama enam menit untuk minum dan makan makanan
ringan. Pada saat menuju km 3, trek yang dihadapi berupa tanjakan. Sambil melihat kanan-kiri, kami pun menemukan
tumbuhan Kantung Semar (Nephentes gymnamphora.)
Ditemukannya Nephentes tersebut membuat kami bersemangat untuk menemukan
Nephentes-Nephentes lainnya. Nephentes yang kami temukan ada yang tumbuh dekat
tanah, dan ada juga yang bersulur. Selama berburu nephentes, aroma belerang pun
tercium dari penginderaan kami, bau ini sedikit membuat kami semakin
terengah-engah. Dari beberapa titik pun kami dapat menikmati pemandangan Kawah
Ratu dari atas jalur tempat kami berpijak.
Kantong Semar, si penanda Indikator Iklim |
Pada pukul 09.43 kami tiba
di km 3, seperti biasanya kami beristirahat sejenak. Saat melanjutkan perjalanan, badan pun sudah terasa
letih. Trek yang dihadapi pun terasa semakin berat, terdapat tanjakan yang
harus dilalui dengan bantuan tali untuk melaluinya, ditambah lagi dengan
keadaan samping kanan dan kiri berupa jurang yang terjal. Pemandangan pun mulai
berkabut dan kadang juga kami diterpa hujan ringan, namun pandangan mata tak
terlepas menangkap nephenthes yang berada di tiga titik menuju km 4.
Pukul 10.35 kami tiba di km
4. Udara segar yang berbeda dengan udara kota, kami hirup dalam-dalam. Hanya sejuk,
asri, dan damailah yang kami rasakan selama perjalanan. Cihuuuy, 1 km lagi kami
akan berdiri tepat di Puncak Salak 1, kami pun segera bergegas untuk mencapai
puncak Gunung Salak. Trek yang dihadapi menuju km 5 atau puncak tidak lagi
terlalu curam. Selama perjalanan, kami menemukan 2 titik lagi tempat
ditemukannya Nephentes sp.
Kawah Ratu terlihat dari Ketinggian |
Akhirnya pada pukul 11.15
dengan wajah yang berseri-seri kami menginjakan kaki di Puncak Gunung Salak.
Beribu syukur terucap dari lisan saya sebab sampailah jua kami dengan selamat
di Puncak Salak berketinggian 2.211 mdpl. Bagi anggota R-XVII, ini merupakan
pengalaman baru mendaki gunung. Selanjutnya, kami gunakan sejenak waktu yang
ada untuk beristirahat, makan, sholat, dan berfoto ria di Puncak Gunung Salak.
Namun saat itu, Puncak Salak dalam keadaan berkabut sehingga kami tidak dapat
menikmati pemandangan sekitar dengan leluasa.
Keadaan berawan lalu
disertai gerimis pun mulai membasahi bumi, kami pun bergegas merapihkan seluruh
barang bawaan. Saat menuju perjalanan turun, hujan deras menerpa tubuh kami.
Kobaran semangat tetap ada pada jiwa kami meskipun tak jarang pula kami
terpeleset dan terjebak pada kubangan lumpu, tapi semua itu menjadi pengalaman
berharga bagi kami khususnya bagi R-XVII. Dingin tak bisa di pungkiri saat
menurunu Salak, namun kita pun hanya bernyanyi-nyanyi disertai senda gurau
sesamanya yang akhirnya membuat tubuh kami pun terasa hangat.
Berpose saat Kabut Tiba |
Pukul 15.56 kami tiba di
Pos Bajuri. Tidak banyak kata terucap, kami langsung beristirahat, membersihkan
diri, makan, dan packing untuk persiapan pulang. Pukul 17.32 kami turun menuju
pos Cidahu. Sesampainya di Pos Cidahu, kami menunggu angkutan yang sebelumnya
telah kami charter dari berangkat.
Detik demi detik berlalu, ternyata angkutan yang kami tunggu-tunggu tak kunjung
datang. Akhirnya pukul 23.25 angkutan kami pun datang. Segera kami menaikinya
untuk bergergas menuju Kampus IPB. Tepatnya di Bivak Rimpala tercinta.
Kami tiba di kampus, pukul
01.15 pada Sabtu, 30 Maret 2013 Begitu banyak pelajaran dan pengalaman yang
kami dapat selama mendaki Salak I kali ini. Tak hanya menambah kekaguman kita
pada Sang Pencipta, namun mendekatkan kita pada sesama anggota Rimpala juga.
Kenangan pendakian Gunung Salak menjadi titik awal kami khususnya anggota baru,
R-XVII untuk kembali berada di puncak-puncak gunung yang ada di Indonesia
bahkan di luar Indonesia nantinya. Inilah harapan tulus kami para pengelana
hutan.
Hidup Rimpala! Hidup Para Pengelana Hutan!
Boleh tahu pos cidahu itu diman yah, rencana saya mau mengajak anak-anak saya untuk naik gn salak. Tx
BalasHapus