Mengarungi Kebesaran Ciptaan-Mu
Hal baru lain yang baru saja saya alami ialah mengarungi sungai Citarum. Citarum adalah sungai yang merupakan pemisah antar kota saya Cianjur dengan kota Bandung. Dari dulu saya sering melewati jembatan yang menyatukan Cianjur dengan Bandung. Ada pemandangan yang begitu menakjubkan ketika saya melihat di kaca mobil atau bis yang saya tumpangi. Sungai yang begitu lebar,panjang, tenang, dan sisi-sisinya dibatasi oleh pohon-pohon yang menghijau. Jembatan yang cukup panjang sehingga saya bisa sedikit lama menikmati pemandangan itu.
Bersama
dengan kawan-kawan RIMPALA akhirnya kami bisa mengarungi Citarum di awal tahun
2013 ini. Olahraga ini sudah direncanakan dari tahun-tahun sebelumnya, karena
memang kami tidak ingin hanya sekedar fun rafting saja alias ingin ada
pelatihannya sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit, oleh
karena itu sering ada kendala untuk mewujudkannya, setelah sebelumnya batal
karena cuaca di Citarum yang tidak memungkinkan kami untuk mengarung.
Ani, kawan
saya yang sering berkomunikasi dengan senior-senior atau orang-orang yang
berkunjung ke Bivak berhasil mengajak dan mengadakan pelatihan Rafting bagi
anggota RIMPALA, kang Abdul atau biasa dipanggil kang Bedul adalah mahasiswa
pasca sarjana di IPB, setelah sebelumnya telah bekerjasama di lomba panjat
tebing dengan sekolah panjat Skygers kini menawarkan untuk pelatihan Rafting
dan mengenalkan kawannya kang Ardi untuk melatih kami Rafting.
Seminggu
sebelum tanggal keberangkatan pelatihan, Ani mengumumkannya di rapat-rapat
RIMPALA dan di papan pemgumuman bivak. Terdapat 12 orang orang yang bersedia
mengikuti pelatihan ini dan siap membayar biaya administrasi, transportasi, dan
konsumsi sebesar seratus delapan puluh ribu rupiah. Kebetulan saya sendiri
sebagai bendahara. Tanggal 18 Januari pagi tim pendahulu Ani dan Burhan berangkat
ke Bandung dan meminjam peralatan Rafting di KORSA, atau organisasi kerohanian
ITB lalu membawanya ke Rajamandala lokasi pelatihan Rafting.
Kami tim
Rafter menyusul siangnya setelah selesai sholat Jum’at. Dengan membawa
perbekalan pribadi dan kelompok kami berangkat dari bivak bersama-sama pukul
13.30. berniat untuk menyarter angkot supaya lebih cepat dan murah, tetapi
ternyata angkot yang kami tawar tidak mau menerima biaya tawaran kami sampai ke
Ciawi. Kami pun memutuskan untuk naik-turun angkot seperti biasa tanpa
menyarter. Berdelapan yakni saya, Riska, Yoga, Danu, Fina, Omen, Ajeng, dan
Elsa naik angkot menuju terminal Laladon. Dengan biaya dua ribu rupiah per
orang kami sampai di terminal laladon dan melanjutkan perjalanan naik angkot 03
menuju arah terminal Baranangsiang dengan biaya tiga ribu rupiah per orang.
Sampai di terminal Baranangsiang kami bertemu dengan tim Rafter yang sudah
menunggu cukup lama, yaitu Arie. Bersembilan kami melanjutkan perjalanan
menaiki angkot 01 ke arah terminal Ciawi. Tiba disana kami mendapatkan bis
ekonomi menuju Garut yang tentunya melewati Rajamandala. Tetapi ketika kami
bertanya biaya menuju ke Rajamandala biaya yang ditawarkan knek bis kepada kami
terlalu besar dibandingkan target biaya bis kami. Kami pun memutuskan menunggu
Iqbal yang merupakan tim Rafter juga tetapi dia berangkat menggunakan motor karena
akan ke rumahnya di Cianjur terlebih dahulu. Dia yang memberi tahu kami biaya
bis menuju Rajamandala.
Sebari
menunngu kami mendirikan sholat Ashar terlebih dahulu yang saat itu jam
menunjukkan pukul 15.30. selesai sholat sudah ada Iqbal. Dengan bantuan Iqbal
menawar biaya transport ke knek bis berbeda kami mendapatkan biaya lima belas
ribu rupiah. Perjalanan menuju Rajamandala dari bogor pukul 16.00 melewati kota
saya Cianjur membutuhkan waktu tiga jam setengah, sehingga kita sampai di
rajamandala pukul 19.25. Turun dari bis, kami sudah ditunggu Ani dan Burhan di
gerbang gapura PLTA Saguling, mereka bersama kang Ardi pelatih kami dan supir
angkot yang membawa peralatan Rafting dari ITB ke base camp atau rumahnya mak
Odeh. Supir angkot ini kami beri biaya seratus lima puluh ribu, karena memang
jarak dari ITB ke base camp yang sangat jauh.
Mak Odeh dan
Pak Odeh adalah sepasang suami istri yang rumahnya sering digunakan sebagai
tempat penginapan para pengarung yang akan mengarungi sungai Citarum. Sampai di
rumah pak Odeh pukul 19.45, kami pun bersalaman dengan beliau pemilik rumah.
Dengan izin keduanya kami memasuki ruangan tempat kami menginap. Di ruang tamu
terdapat banyak lemari berisikan pajangan piala-piala pemenang loma Rafting,
selain itu banyak pula medali bergantungan rapi menghiasi dinding ruang tamu
rumah. Terdapat pula foto-foto lomba Rafting yang membuat kita takjub. Setelah
merapikan tas di kamar, kami makan malam bersama di ruang tamu. Kemudian
dilanjutkan dengan beristirahat tidur.
Paginya
tanggal 19 Januari 2013, selesai sarapan bersama dengan para pelatih kang Ardi,
kang Bedul, kang Salman, kang Bejo, dan kang Nanda, kami pun terlebih dahulu
melakukan pemanasan yang dipandu oleh kang Bedul. Selesain pemanasan kami siap
mendapatkan materi pengenalan Rafting dari kang Ardi, pukul 08.00 pembelajaran
dimulai, pertama sejarah Rafting, peralatan Rafting, cara menggunakan
peralatan, berbagai gaya duduk dan mendayung, bahaya ketika mengarung, upaya
penyelamatannya dan memompa perahu. Begitu banyak ilmu baru yang kami dapatkan
tentang Rafting. Selesai mendapatkan materi dan memompa perahu, tim dan pelatih
pukul 09.00 langsung berangkat ke sungai. Mengangkut perahu bersama-sama, tidak
begitu jauh sampai ke tempat yang biasanya dipakai sebagai tempat start
mengarung.
Kami tidak
langsung mengarung dengan perahu, tapi kami kenalkan medan sungai. Belajar
hanyut dan menepi. Berulang kali kamu belajar hanyut dan menepi, baik
menggunakan atau tanpa tali. Setelah cukup belajar hanyut, menepi, dan melempar
tali. Kami mulai belajar mendayung tetapi kami tidak langsung mengarung jauh,
kami mengarung pendek, melawan arus, memutar arah perahu dan menepikan perahu.
Adzan dzuhur
berkumandang, kami pun beristirahat, sholat dan makan siang. Sekitar pukul
13.00 kami melanjutkan pelatihan, yakni dengan mengarung panjang. Kami melewati
berbagai bentuk jeram, yang sebelumnya saya pikir semua jeram sama saja.
Mengikuti perintah skyper untuk mendayung, mendayung kuat, stop, boom, dan kode
lainnya. Sangat mengasyikkan, selain menerpa deburan air, dan goyangan jeram
kami pun memandangi pemandangan sekitar sungai. Bentangan bukit yang sangat
indah, dan langit yang begitu cerah, terkadang melihat aktivitas warga sekitar
sungai. Banyak pembelajaran.
Cukup lama
melewati jeram yang luar biasa, sebelum finish kami menepikan perahu, disana
kami diajarkan cara membolak-balikkan perahu, naik ke atas perahu,
menyelamatkan korban, dll. Dari semua yang diajarkan saya belum bisa menaikki
perahu saat di air. Karena membutuhkan tenaga kuat, melawan beratnya badan dan
air juga tingginya perahu, sehingga dibutuhkan keahlian pull up. Menakutkan
tapi ternyata mengasyikan.
Sore tiba,
kami pun berhenti berlatih Rafting hari ini. Kami lanjutkan pengarungan sampai
ke finish. Sebelum finish kita melewati jembatan lama yang menghubungkan
Cianjur dengan Bandung, dan di finish terlihat jembatan baru, atau jembatan
yang sekarang digunakan berbagai kendaraan darat melewati sungai Citarum. Dari
dulu saya melewati Jembatan dengan Bis atau mobil dan melihat pemandangan
sungai Citarum. Sekarang saya dengan perahu karet melihat jembatan panjang
kokoh itu di sungai Citarum. Hal baru yang sangat luar biasa.
Perahu pun
menepi di finish sebelum melewati jembatan baru, bersama-sama kita mengangkut
perahu ke atas, dan menyewa angkot untuk mengantarkan kami dan peralatan
Rafting ke base camp. Perjalanan pulang kami menuju base camp melewati jembatan
lama. Membutuhkan biaya lima puluh ribu untuk menyewa satu angkot mengantarkan
kami ke base camp. Sesampainya di base camp pukul 16.30 kami meletakkan
peralatan dengan rapi, lalu membersihkan badan dan sholat. Lalu makan malam dan
beristirahat tidur, dan sebagian berbincang-bincang mendengarkan
pengalaman-pengalaman para pelatih saat mengarung.
Keesokan
harinya selesai sarapan kami terlebih dahulu pemanasan sebelum mengarung
panjang kembali. Kini rute lebih sedikit panjang, menggotong perahu lebih jauh
kemudian mengawali start di sungai kecil yang tenang, 2 perahu bergantian
didayung mengarah sungai utama dimana terdapat banyak jeram dan arus besar.
Skyper memberi perintah untuk terus mendayung kuat hingga kita berhasil
melewati derasnya arus dan besarnya jeram. Sangat mengasyikan kawan, sedikit
rasa takut perahu terbalik, tapi saya percaya dengan kemampuan saya dan
teman-teman. Ketenangan dan rasa gembira setelah berhasil melewati medan yang
sungguh luar biasa, dengan senyuman saya kembali menyambut cerahnya pagi di
sungai citarum dengan tetap memegang dayung diatas permukaan air, skyper
memberi kode stop, agar kita berhenti dan rest. Karena kata kang ardi sang
pelatih, menjadi skyper selain mengarahkan perahu juga harus tetap
memperhatikan kondisi para pendayung.
Kembali kita
diperkenalkan dan ditunjukkan beberapa jeram. Untuk perlombaan
kita harus pintar untuk mengarahkan perahu ke arah arus utama, agar perahu
mengarung dengan cepat, dan dalam perlombaan tidak ada kode stop, yang ada
hanya dayung dan dayung kuat. Kami yang pemula hanya tersenyum, dan optimis
bisa mengikuti perlombaan-perlombaan Rafting. Selain menjadi pendayung oleh
para pelatih kami pun diajarkan untuk menjadi skyper, ternyata tidak mudah
untuk menjadi skyper. Pertama cara duduk harus dibuat senyaman mungkin, dan
posisi memegang dayung harus seperti biasa kita mendayung, biasa dikiri atau di
kanan. Lalu untuk membelokkan perahu kita bisa membuat huruf C atau J oleh
dayung. Dibutuhkan kelenturan tubuh dan kekuatan tenaga. Ya, selama berlatih
menjadi skyper, terkadang kita berbelok terlalu banyak sehingga perahu menjadi
berputar-putar, menyenangkan karena kita masih belajar.
Hari masih
panjang, jam di tangan menunjukkan pukul 9.30. kita berniat untuk berlatih
kembali flip flop atau membolak-balikkan perahu, berltih menyelamatkan korban,
naik ke perahu, dan belajar menjadi skyper juga pendayung. Setelah cukup puas
menikmati pemandangan alam sekitar dan kokohnya jembatan baru dengan belajar
teknik-teknik Rafting, pukul 11.30 kita memutuskan untuk ke finish dan
menggotong kembali perahu ke angkot. Sesampainya di base camp kita merapikan
peralatan dan menjemurnya. Selanjutnya kita membersihkan diri dan bersiap-siap
untuk pulang. Namun, sebelumnya kita terlebih dahulu mencuci perahu yang kita
pinjam dari KORSA dan melipatnya. Selesai merapikan barang-barang pinjaman kami
bersama-sama makan siang terakhir di rumah Mak Odeh. Kenyang makan kami pun
berpamitan dengan keluarga Mak Odeh dan Pak Odeh. Sekitar pukul 14.00 kami di
antarkan oleh mobil kang Ardi menuju Gerbang Saguling atau jalan raya, disana
kami memberhentikan bis lalu menumpanginya. Sekitar pukul 18.00 kami sampai di
Ciawi lalu menyarter angkot sampai kampus dengan biaya tujuh puluh ribu rupiah.
Tibanya di
bivak kurang lebih pukul 17.00 kami langsung merapikan peralatan kelompok dan
kembali pulang ke kosan masing-masing. Sepanjang perjalanan, kami merencanakan
untuk membuat kegiatan fun Rafting baik bagi anggota Rimpala maupun mahasiswa
Fahutan, lokasi kegiatan direncanakan tidak jauh dari kampus, yakni ada dua
opsi antara di sungai Ciampea atau sungai Cangkurawok. Peralatan bisa disewa
dari Boogie. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa terealisasi sehingga ilmu yang
kami dapat pelatihan dua hari kemarin bisa bermanfaat dan terus terasah.
By: Intan (R-XVI)
By: Intan (R-XVI)
Komentar
Posting Komentar