Hutan Pendidikan Gunung Walat



Hai everybody :)
Jumpa lagi bersama kami...

Pada edisi kali ini, kami akan berbagi cerita seputar perjalanan kami ke Hutan Pendidikan Gunung Walat di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Daerah ini ialah hutan pendidikan milik Fakultas Kehutanan IPB yang dibangun pada beberapa puluh tahun silam.
Tegakan di HPGW tapi kok ada yang nagkring??
Pada kesempatan kali ini Gunung Walat dijadikan tempat pembinaan anggota muda kami. Disini kami menggabungkan kegiatan ketiga divisi kami. Kegiatan yang sempat kami lakukan ialah tracking jalur di Gunung Walat, kegiatan panjat pohon yang dimodifikasi dengan pembuatan bridging yakni semacam tali yang digunakan sebagai jembatan untuk menyebrang yang di bentangkan antara 2 buah pohon, lalu kami juga membuat flying fox, dan kami pun melakukan susur goa putih.
Kami berjumlah 24 orang berangkat pada Jumat malam, 16 Maret 2012 dengan menyewa angkutan umum hingga ke Baranangsiang lalu disambung dengan menaiki semacam mobil Kol dan dikenai biaya sebesar Rp 10.000/orang. Kami sampai di HPGW pukul 01.00 sebab perjalanan sangat macet. Sesampainya disana kami langsung mendirikan tenda sebagai tempat peristirahatan kami. Tanpa sempat mengobrol, kami pun langsung istirahat. 
Keadaan camp kami
Keesokan paginya kami pun bangun pagi dan langsung memasak makanan. Menu pagi ini sederhana namun cukup mengenyangkan. Setelah perut kami terisi makan pagi, langsung saja kami melakukan tracking mengelilingi HPGW hingga kami menemukan puncak tertinggi gunung Walat yang ditandai dengan adanya pemancar TVRI. Sehabis tracking, kami langsung menuju camp kami lagi untuk beristirahat sejenak sebab waktu telah mennjukkan pukul 11.00 Tak beberapa lama kemudian, muncul 2 orang rekan kami yang menyusul. Pukul 12.00 sehabis shalat Zuhur kami langsung memasak makan siang.
Hmmm ayo masaak, sedaaap

Setelah puas menyantap makan siang, kami lalu melakukan panjat pohon dengan teknik bridging. Teknik ini dinamakan teknik menyebrang diantara 2 buah pohon dengan memakai tali carnmantel yang direntangkan hingga setegang mungkin agar memungkinkan kita menyebrang dengan memakai alat luncur yakni jumar. Cukup lama juga kami menyeting bridging, sebab hal ini merupakan pengalaman pertama kami, khususnya R-XV dalam membuat bridging. Setelah kurang lebih 3 jam akhirnya bridging pun berhasil dibuat. Kami semua khususnya anggota muda langsung mencoba bridging ini.  
Persiapan pembuatan bridging
Waaaaw cukup asyik juga menyebrang diatasnya, namun dibutuhkan tenaga yang lumayan pula untuk menarik badan kita agar bisa berpindah dengan menggeser jumar yang telah di pasang di tali carnmantel. Sambil menunggu giliran merasakan bridging, kami pun mencoba membuat flying fox. Ini pun merupakan pengalaman pertama kami.
Pembuatan flying fox ternyata lebih sulit sebab dibutuhkan tenaga yang ekstra untuk mengencangkan tali carmantel yang di gunakan. Setelah beberapa jam berkutat mengencangkan tali, akhirnya flying fox berhasil dibuat. Sebagai pencoba pertama ialah Yoga R-XV/004. Tanpa diduga, ada seutas tali yang menyabet punggung Yoga sehingga baju belakangnya robek dan ia mengalami luka bakar akibat gesekan dengan tali. Kecelakaan ini disebabkan adanya kesalahan teknis dalam pemasangan alat. Tapi, ya inilah namanya proses belajar, kalau tidak dimulai dengan kegagalan, kita tidak akan pernah mengetahui seberapa jauh kemampuan kita kan?? hehheee.. Cukup sedih juga saat melihat teman kami mengalami kecelakaan ini, sehingga flying fox langsung kami copot sebab menghindari adanya korban lagi hehe..
Proses pengencangan Carmantel yang cukup sulit. #AYO SEMANGAT#
Pada malam harinya, kami membuat semacam api unggun kecil. Disana, kami semua berkumpul dan saling berbagi cerita bersama. Antara senior-junior semua lebur menjadi satu sebab kami adalah keluarga besar Rimpala Fahutan :) Pukul 02.00 kami semua tidur sebab hari esok menunggu...
Api unggun nya udah mati tapi kekeluargaan kami tak kan padam :)

Pada paginya, kami langsung memasak sarapan. Pukul 08.30 kami lalu menyiapkan diri untuk melakukan susur Goa Putih yang berada di HPGW. Peralatan seperti senter, rain coat, dan helm tak lupa kami bawa. Setelah semua siap kami langsung berjalan lebih dalam memasuki kawasan HPGW. Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk mencapai Goa yang dimaksud. Orang-orang menyebutnya Goa Putih. Sebelum memasuki mulut goa, kami semua dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 10 orang dan tak lupa kami semua melakukan briefing. Tujuan dibagi menjadi beberapa kelompok ialah agar tidak terjadi kesesakan di dalam goa, sebab seperti yang kita ketahui bersama bahwa di dalam goa sangatlah pengap. Nah, Oksigen menjadi salah satu peralatan wajib saat kita memasuki goa.
Perjalanan menuju goa

Antre yaa

Team pencari harendong bulu

Penjelasan singkat sebelum memasuki Goa
Standar masuk goa (helm-rain coat-headlamp)

Mulut Goa Putih

Pose sebelum memasuki mulut goa :D


Kurang lebih satu hingga satu setengah jam perjalanan menyusuri goa. Setelah kelompok satu kembali lalu dilanjutkan dengan kelompok dua dan kelompok tiga yang berikutnya.
Be careful on your step

Tetap mengamati sekeliling

Awaaas kejepit!

Merayap pun rela dilakukan
Pada saat didalam, kami melihat dan mencatat apa yang kami temukan. Misalnya, kami menemukan stalaktit-stalakmit; yakni ornamen goa berupa mineral yang menggantung dilangit-langit maupun di lantai goa. Stalakmit merupakan kerucut karang kapur yang muncul dari bawah yang merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil tetesan air dari atas langit-langit gua. Stalagmit biasanya tidak boleh disentuh, karena penumpukan batuan dibentuk oleh mineral mempercepat keluar dari larutan air ke permukaan tua, minyak kulit dapat mengubah permukaan di mana air mineral akan melekat, sehingga mempengaruhi pertumbuhan formasi. Minyak dan kotoran dari kontak manusia juga bisa menodai pembentukan dan perubahan warna permanen. Kami pun menemukan hewan-hewan goa seperti serangga, cacing, dan kelelawar. Pada awalnya, kami ingin memetakan Goa Putih tersebut, namun karena keterbatasan waktu dan memang materi yang kami miliki masih sedikit, kami hanya mencatat jarak datar dengan menggunakan langkah kaki dengan asumsi setiap 2 langkah di hitung 1 meter.
Contoh serangga goa :)

Aliran air yang sangat jernih

Ornamen goa putih (stalaktit dan stalakmit)

Aliran air di dalam goa ini sangat jernih, namun ada beberapa spot yang mengecewakan sebab adanya coretan tangan jail para pengunjung yang menuliskan nama mereka di dalam goa sehingga merusak keindahan goa.
Ulah tangan jail pengunjung

Setelah kelompok tiga keluar dari mulut goa, kami langsung kembali lagi ke camp sebab waktu yang sudah tidak lagi pagi. Sesampainya di camp kami langsung memasak makan siang. Pukul 16.30 kami langsung membereskan semua barang bawaan kami sebab langit telah gelap. Tanpa menunggu komando, kami langsung memasukkan semua barang bawaan kedalam carrier maupun day pack masing-masing. Kami di antar petugas HPGW hingga ke depan jalan raya.
Menu makan siang Yummy :)

Kebersamaan kami


Sesampainya disana, kami menunggu angkutan yang bisa mengantar kami hingga ke Baranangsiang atau ke Ciawi. Kurang lebih satu setengah jam menunggu akhirnya tiba pula angkutan yang dimaksud. Kami lalu memasukkan semua barang bawaan ke dalam angkutan semi bus, lalu duduk dengan manis sebab kelelahan menerpa kami semua, hehehe. Kami sangat senang sebab sang supir berkenan mengantar kami hingga Bivak. Jalanan pulang yang kami lalui memang sedikit macet namun kami hanya terdiam dan tak sedikit pula yang sudah terlelap dalam alamnya. Pukul 21.30 kami tiba di Bivak tercinta :D
Menunggu memang membosankan, tapi berfoto memang mengasyikkan

Foto dululah :D

Yap, its a really wonderful experience :)

See you in another story . . . . .

Komentar

Posting Komentar

Popular Posts

PENGHIJAUAN DAN KEMAH CINTA LINGKUNGAN

Rimpala Tree Climbing Workshop-2022

Selamat Datang Rimpala R-XXVII