Goa Godawang, Kami, dan Keindahannya...

Catatan Perjalanan Caving Goa Godawang


Pada 22 Mei 2011 silam. Cukup lama memang untuk mengenang perjalanan caving kami ke Goa Godawang. Tapi untuk mengingat perjalanan itu aku rasa tak susah, karena memang menjadi perjalanan yang mengenang.

Tim caving
Perjalanan aku mulai dengan kumpul bersama teman-teman di BIVAK RIMPALA jam setengah 7 pagi. Sembari menunggu kedatangan senior lainnya, kami merapikan kembali alat yang telah kami persiapkan sebelumnya. Semua alat mulai dari helm, tali temali, pelampung, sepatu boots, hingga jas hujan tak lupa kami persiapkan. Satu per satu senior pun dating dan akhirnya tepat pukul 08.05 kami berangkat dari BIVAK. Sama seperti kegiatan lainnya, terdapat ritual pelepasan. Kali ini di pimpin oleh Reza Ahda selaku Ketum Rimpala dan di dampingi oleh Doddy Permana. Setelah berdoa bagi keselamatan kita, Pak Ketua pun  melepas kami. Total yang berangkat ke Goa Godawang ada 15 orang, yakni Anis, Ikang, Lala, Woro, Riska, Niken, Ani, Puspa, Omen, Sinta, Yoga, Iqbal, Fajar, Ajeng, dan Memen. Cukup banyak, karena memang acara ini adalah untuk pembinaan angota baru, termasuk aku..hehe

Setelah semua siap untuk berangkat, kami pun berjalan hingga ke depan salah satu Bank di dekat Kampus IPB dan menunggu sebentar hingga mendapat charteran angkot. Biaya charter saat itu sebesar Rp 145.000/mobil. Barang-barang sudah kami masukkan ke angkot, dan pukul 08.30 kami melaju menuju Godawang. Usut punya usut, perjalanan memakan waktu 2 jam perjalanan. Pada awal perjalanan, kami masih sanggup bercanda gurau, namun sudah setengah perjalanan, kami pun lelah dan memutuskan untuk menyimpan energi dengan tidur. Aku adalah orang pertama yang terlelap dan saat aku membuka mata kembali, betapa takjubnya aku karena diluar terdapat hamparan kebun sawit yang sangat luas dan indah.  Jujur, itu kali pertama aku melihat kebun sawit seindah itu! (norak dikit ga papa lah ya..hehe)

Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 10.35, dan kamipun telah melihat pintu masuk Goa. Harga tiket masuk saat itu sebesar Rp 2.500,00/orang. Setelah membeli tiket masuk, tanpa buang waktu, kami langsung mengambil raincoat dan segera memakai sepatu boots. Kami diberi pelampung khusus bagi yang tidak bisa berenang yakni aku dan Woro. Tepat pukul 10.48 kami memulai penyusuran kami.

Mulai menelusuri Goa

Dengan ditemani seorang pemandu, kami pun tak ragu untuk memasuki Goa ini. Untuk mencapai mulut Goa, kami menuruni beberapa anak tangga terlebih dahulu. Oiya, Goa pertama yang  kami masuki ialah Goa Sipahang. Saat memasuki goa tersebut, hawa yang terasa langsung berbeda, di dalamnya terasa pengap dan panas, lantaran goa berada di bawah permukaan tanah. Kami berjalan beriringan santai. Saat tengah menikmati suasana goa, dari depan menyuruh kami untuk berhenti sejenak, karena teradapat ular yang tengah berenang.
Ular sedang istirahat..hehe
Ditengah kegelapan, kami dapat melihat kilatan mata dan kulit ular yang gemerlap. Setelah ular itu melintas, kami lalu melanjutkan perjalanan. Awalnya kami masih dapat berjalan tegak, tapi agak masuk ke dalam, kami tidak dapat berjalan tegak melainkan kami harus menunduk bahkan merangkak untuk melewati celah sempit Goa tersebut.

Tak bosan-bosannya bagiku untuk melihat ke atas, karena ornamen yang ada sangat indah yakni stalaktit (ornament Goa yang melekat  di atas Goa), Stalakmit (ornament Goa yang berada di dasar Goa/di bagian bawah), dan Gourdam. Di dalam Goa, sebisa mungkin jangan sentuh ornamen Goa, karena stalaktit dan stalakmit akan mati sehabis kita menyentuhnya. Indikasi matinya yaitu sudah tidak adanya air yang mengalir dari stalaktit tersebut.
Petualangan dimulai
Selain ornament Goa, kami juga menemukan beberapa hewan Goa; yakni kelelawar, ular yang telah kami temukan di awal perjalanan, dan sejenis serangga. Semakin dalam kami memasuki goa, kelelawar yang kami temui pun semakin banyak. Tapi yang menjadi khas adalah kotorannya yaitu guano.Bau guano sangat menyengat hidung, karena guano mengandung amonia, asam urat, asam fosfat, asam oksalat, dan asam karbonat, serta garam tanah yang tinggi.
Masih Pembukaan
Kami terus menyusuri dalam gua yang semakin lama semakin menantang. Tidak hanya dari segi oksigen  yang semakin menipis namun juga dari segi tantangan yang semakin mendebarkan dada. Pasalnya, semakin dalam memasuki goa, air yang menggenanginyapun semakin dalam, sehingga mengharuskan kami untuk berenang. Bagi yang bisa berenang, mungkin hal ini akan sangat menyenangkan, berbeda bagi aku yang memang tidak bisa berenang. Butuh usaha ekstra agar kami tidak tenggelam (udah kaki pendek ga bisa berenangg…). Menurut penuturan Bapak penunjuk jalan, kedalaman air mencapai 2 meter. Alhasil, kami membuat pegangan dari webbing agar membantu kami melewati itu. Kurang lebih 500 meter kami dihadapi pada medan tersebut.
Melihat kondisi kami yang mulai kelelahan, sang Pemandu pun menanyakan kesanggupan kami. Kebanyakan dari kami memang sudah lelah, namun ada pula yang masih bersemangat melanjutkan perjalanan. Namun, setelah dijelaskan kondisi medan di depan, kami memutuskan untuk menghentikan perjalanan dengan alasan medan yang memang sulit dijangkau dengan kondisi kami yang melemah. Jika kami ingin melanjutkan perjalanan, itu artinya kami harus melewati celah sempit berkedalaman 2 meter dan itu mengharuskan kami untuk merayap pinggiran goa dengan kepala terangkat ke atas agar menghindari air masuk ke mulut. Sesuai dengan keputusan kami, maka disinilah berakhirnya perjalanan kami. Sebelum kembali ke jalan awal, kami menyempatkan berfoto-foto sejenak.
Menyusuri menyusuri...
Stalaktit dan stalakmit
Menikmati penelusuran..
Pegangan webbing!

Pose pose dulu..
Setelah puas berfoto-foto, kami lalu menyusuri jalan awal untuk kembali ke tempat pertama kami memasuki goa tersebut. Selama kurang lebih satu setengah jam, kami pun berhasil melihat temaran sinar matahari yang terpancar dari mulut goa. Saat itu, jam sudah menunjukan pukul 12.41

Kami lalu memutuskan untuk beristirahan dengan memakan perbekalan kami dan kami memanfaatkan waktu untuk meluruskan kaki sejenak, karena sehabis memasuki Goa Sipahang, kami akan memasuki goa selanjutnya yakni Goa Simenteng.

Pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Goa Simenteng. Goa Simenteng ialah goa bawah tanah yang berbentuk macan. Berbeda dengan Goa Sipahang,di dalam Goa Simenteng sudah modern dan sudah tersentuh banyak tangan manusia. Aku mengatakan demikian karena sudah adanya penerangan yang memadai, dan sudah adanya tangga untuk memudahkan kita menuruni goa. Namun yang disayangkan ialah, banyak sekali coretan-coretan pada relief goa yang sengaja di buat oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Misalnya saja, mereka menulis nama mereka dengan cat, tipe-x, bahkan dengan pilox. Bisa dibayangkan betapa sayangnya goa ini jika dibiarkan terus-menerus seperti ini…(sedih liatnya..)

Pintu masuk Goa Simenteng
Perbedaan terlihat pula pada kedalaman air. Pada Goa Simenteng, air tidak terlalu dalam. Pada goa ini juga oksigen yang tersedia sangat sedikit sehingga kami kesulitan bernapas dan berulang kali harus dibantu oleh Oksigen cadangan yang sengaja kami bawa. Dari segi ornamen, di goa ini tidak jauh berbeda dengan Sipahang, hanya saja kalau di Sipahang masih banyak kami temui stalaktit maupun stalakmit hidup, di Goa Simenteng sudah agak susah kami temui dikarenakan akses masuk Goa Simenteng memang lebih mudah, jadi sembarang orang bisa masuk. Kalau dari jenis hewan tidak jauh berbeda dari goa sebelumnya. Disini terdapat banyak kelelawar, sehingga guano nya pun semakin banyak juga. Semakin masuk ke dalam, bau guano semakin menyengat dan semakin membuat sesak. Jadi kami memutuskan untuk menyegerakan keluar goa. 
Di dalam Goa
Kira-kira pukul 14.30 kami keluar goa Simenteng dan kami membersihkan diri. Kami menuju  sungai terdekat yang ditunjukan pemandu. Ternyata sungai yang dimaksud tidak seperti bayangan kita, karena aliran sangat kecil dan sungai sempit. Jadilah kami hanya berpose di sungai itu! hehehe…

Bersiap bersih-bersih...
Dan berakhirlah caving kali ini. Secara keseluruhan, caving ini sangat berkesan dan menyenangkan. Pengalaman pertama yang tak kan terlupakan.

Kegelapan itu kami tembus dengan semangat kami
semangat yang tak pernah terhenti...
berharap setelah kami,
kalian akan berdiri sejajar dengan semangat ini...

Popular Posts

PENGHIJAUAN DAN KEMAH CINTA LINGKUNGAN

Rimpala Tree Climbing Workshop-2022

Selamat Datang Rimpala R-XXVII